Sunday, October 16, 2011

Diskusi ke 20. BINCANG BUKU “CHINESE MUSLIMS IN INDONESIA” Zhuang Wubin

Para rekan milis yth,

Dalam rangka  kegiatan  diskusi budaya , dengan tema  :  bincang buku photography / pictorial;  terbitan SELECT BOOK, Singapore. 2011.

Forum Budaya  -CCDACS (Center for  Chinese Diaspora Art and Culture Studies) FSRD-Universitas Kristen Maranatha Bandung berkerja sama dengan Selasar Sunaryo Art Space, Bandung dan

FOTOLISIS .

Semua peminat dinantikan , Silahkan hadir.  Tidak dipungut biaya,


>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>><<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<< 


AFTERNOON TEA #9 (SPECIAL)
BINCANG BUKU “CHINESE MUSLIMS IN INDONESIA”
Pembicara: Zhuang Wubin
Penanggap: Sugiri Kustedja
Moderator: Deni Sugandi
Jumat, 14 Oktober 2011
15.00 – 18.00 WIB
Bale Handap, Selasar Sunaryo Art Space
Jalan Bukit Pakar Timur No. 100
Bandung, Indonesia



Minat awal Zhuang Wubin mengenai Komunitas Muslim Tionghoa di Indonesia berasal dari ketertarikannya terhadap masyarakat keturunan Tionghoa di Asia Tenggara. Sebagai keturunan Hokkian generasi ketiga yang lahir di Singapura, Wubin menjadi salah satu anggota komunitas yang beragam ini. Meski awalnya tak terbayangkan oleh non-Muslim Tionghoa di Indonesia atau Asia Tenggara bahwa nenek moyang mereka akan memeluk agama Islam, sejarah melukiskan hal yang berbeda. Tidak berlebihan untuk dikatakan bahwa kehidupan para imigran Tiongkok di Asia Tenggara berada dalam situasi yang di luar kendali mereka.

Seiring berjalannya proyek penyusunan buku ini, Leo Suryadinata, seorang pakar studi Tionghoa dari National University of Singapore, kemudian menunjukkan adanya kemungkinan bahwa Muslim Tionghoa sebetulnya telah aktif di Indonesia, bahkan mungkin sebelum kedatangan Laksamana Zheng He (Cheng Ho) di awal abad ke 15. Berkaitan dengan sejarah invasi Belanda ke Indonesia, terjadinya pembantaian massal warga etnis Tionghoa di Jakarta pada tahun 1740 mempercepat akselerasi perpindahan agama bagi para keturunan Tionghoa menjadi Muslim. Salah satu bagian dalam buku ini adalah hasil penelitian sang penulis untuk melacak dan mengambil foto dari penduduk Muslim yang bersedia mengakui adanya darah keturunan Tionghoa dalam diri mereka. Hal ini dilakukan untuk menggambarkan sejarah panjang dari asimilasi antara keturunan Tionghoa dengan masyarakat “pribumi”. Contoh yang paling dikenal adalah mantan presiden Indonesia Abdurrahman Wahid yang mengakui dirinya sebagai keturunan Tan Kim Han, seorang Muslim Tionghoa yang juga merupakan duta besar Negara Tiongkok pada masa kerajaan Majapahit. Naiknya beliau sebagai presiden Indonesia di tahun 1998 tidak hanya berdampak pada kebebasan demokrasi dan pers, tapi juga direvitalisasinya kehidupan komunitas Muslim Tionghoa di Indonesia.

Zhuang Wubin melalui bukunya mendokumentasikan fragmen-fragmen kehidupan komunitas Muslim Tionghoa di Indonesia melalui fotografi. Selain itu terdapat pemaparan sejarah panjang komunitas Muslim Tionghoa di Indonesia terkait pada awal kemunculan, penyesuaian-penyesuaian terhadap rezim kekuasaan dan pengaruh mereka bagi sejarah kultural bangsa Indonesia. Selain Zhuang Wubin, terdapat esai-esai dari penulis kontributor lain yang dalam buku ini yakni Charles Coppel, Enin Supriyanto dan Yenny Wahid. 

Pustaka Selasar bekerja sama dengan Fotolisis dan Puslit FSRD UK Maranatha, menyelenggarakan Afternoon Tea #9-Special: Bincang Buku “Chinese Muslims in Indonesia” sebagai salah satu bentuk kegiatan untuk memperkenalkan Pustaka Selasar sebagai perpustakaan publik. Sang penulis buku, Zhuang Wubin akan mempresentasikan dan membahas bukunya dalam kegiatan ini.
Tentang Afternoon Tea:
Sejak diresmikan pada tahun 2008 Pustaka Selasar menjalankan fungsinya sebagai tempat penyimpanan arsip program SSAS. Dengan jumlah koleksi lebih dari 3000 buku dengan kategori seni rupa, desain, arsitektur, fotografi dan sastra, Pustaka Selasar menyelenggarakan diskusi ini untuk memperkenalkan koleksinya kepada publik. 
Pada awal penyelenggaraannya Pustaka Selasar bekerjasama dengan Fotolisis, sebuah organizer penyelenggara seminar, pameran dan workshop untuk fotografi yang berbasis di Bandung. Dalam perjalanannya, Fotolisis berkehendak menggagas fotografi sebagai pengetahuan yang dapat memperkaya budaya visual fotografi di Indonesia.

Tentang Pusat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Fakultas Seni Rupa dan Desain (Puslit FSRD) UK Maranatha:
Puslit FSRD UK Maranatha didirikan sejak tahun 2009. Salah satu lembaga dibawah Puslit FSRD UK Maranatha adalah Centre of Chinese Diaspora Art and Culture Studies (CCDACS) yang mengkhususkan diri pada studi budaya Tionghoa yang tersebar di Nusantara dan sekitarnya. 
Puslit FSRD juga membentuk kegiatan non-profit, yakni Forum Studi Budaya di UK Maranatha dan melibatkan banyak pakar di bidang budaya untuk membangun iklim akademis kondusif agar kemudian mendorong aktivitas penelitian dan pengabdian masyarakat.

Tentang Penulis:
Zhuang Wubin (1978; Singapura) menggunakan fotografi untuk memahami kebudayaan dan sejarah komunitas Tionghoa di Asia Tenggara. Ia juga seorang peneliti yang berfokus pada praktik-praktik fotografi kontemporer di Asia Tenggara.

http://zhuangwubin.posterous.com/



Kerjasama:
CCDACS, FSRD, UKM, Bandung
FOTOLISIS, Bandung

Informasi lebih lanjut dapat menghubungi:

 Selasar Sunaryo Art Space
Jl. Bukit Pakar Timur No. 100
Bandung 40198 - Indonesia
T. 62.22.2507939
F. 62.22.2516508
E. selasar@bdg.centrin.net.id
www.selasarsunaryo.com


Open daily at 10 am - 5 pm
Closed on Monday & national public holiday

No comments:

Post a Comment